JALAN SUKSES
Minggu, 03 Agustus 2014
Kamis, 28 Maret 2013
BANJARMASIN—Keadaan terpuruk bukanlah hal buruk, karena Anda bisa bangkit dari rasa tersebut dengan beberapa cara ini.
1. Sadari bahwa ini adalah takdir
Setiap tantangan dan rintangan dalam hidup sudah seharusnya menjadi cambuk untuk memotivasi Anda mencapai kesuksesan. Anda juga harus paham, hidup tak selamanya indah, karena selalu ada masa-masa di mana Anda merasa sedih. Salah satu cara untuk bisa mengikhlaskan itu semua, dengan melihat bahwa setiap kejadian adalah takdir.
2. Lakukan yang terbaik
Hidup adalah belajar, jadi saat berbuat kesalahan daripada menyesalinya, lebih baik Anda belajar dari pengalaman. Hal terpenting adalah, dalam kondisi apa pun, selalu lakukan yang terbaik yang Anda bisa.
3. Hadapi masalah tersebut
Seberat apa pun masalah Anda, janganlah berlari dari masalah atau menunda-nunda penyelesaiannya. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, hanya akan memperburuknya. Dalam hidup, Anda harus berani untuk menghadapi masalah dan mencari solusinya.
4. Bersabar
Anda tidak bisa mengharapkan semua masalah bisa terselesaikan secara instan. Ada kalanya Anda harus bisa bersabar dan mengikhlaskan segalanya.
5. Anggap sebagai ujian
Setiap saat Anda mendapat masalah atau merasa terpuruk, lihatlah hal tersebut sebagai ujian. Jika Anda berhasil melaluinya, maka cobalah ambil pelajaran dari masalah tersebut. (Kabar24/aw)
1. Sadari bahwa ini adalah takdir
Setiap tantangan dan rintangan dalam hidup sudah seharusnya menjadi cambuk untuk memotivasi Anda mencapai kesuksesan. Anda juga harus paham, hidup tak selamanya indah, karena selalu ada masa-masa di mana Anda merasa sedih. Salah satu cara untuk bisa mengikhlaskan itu semua, dengan melihat bahwa setiap kejadian adalah takdir.
2. Lakukan yang terbaik
Hidup adalah belajar, jadi saat berbuat kesalahan daripada menyesalinya, lebih baik Anda belajar dari pengalaman. Hal terpenting adalah, dalam kondisi apa pun, selalu lakukan yang terbaik yang Anda bisa.
3. Hadapi masalah tersebut
Seberat apa pun masalah Anda, janganlah berlari dari masalah atau menunda-nunda penyelesaiannya. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, hanya akan memperburuknya. Dalam hidup, Anda harus berani untuk menghadapi masalah dan mencari solusinya.
4. Bersabar
Anda tidak bisa mengharapkan semua masalah bisa terselesaikan secara instan. Ada kalanya Anda harus bisa bersabar dan mengikhlaskan segalanya.
5. Anggap sebagai ujian
Setiap saat Anda mendapat masalah atau merasa terpuruk, lihatlah hal tersebut sebagai ujian. Jika Anda berhasil melaluinya, maka cobalah ambil pelajaran dari masalah tersebut. (Kabar24/aw)
Kamis, 07 Juni 2012
SELAMAT TNGGAL MASA LALU
Episode dari tragedi masa lalu kini telah berakhir, kesedihan takkan
mampu untuk memperbaikinya, sikap apatis dan melankolis tidak dapat
menghasilkan sesuatu yang benar, depresi tidak akan pernah mampu
mengembalikan masa lalu ke dalam kehidupan sekarang, karena masa
sesungguhnya sudah selesai. setiap anak manusia pasti menghadapinya.
Seseorang akan mengalami kegoncangan jiwa (penyakit yang dapat menghancurkan kekuatan untuk hidup pada saat ini) jika selalu mengingat-ingat masa lalu serta tragedi-tragedi yang terjadi di dalamnya.
Milikilah tujuan hidup yang kuat dan jelas jika ingin berhasil melampaui dan melupakan masa lampau, siapkan sikap mental yang prima jika tidak ingin meliah lagi cahaya masa lalu, sebab sesungguhnya masa lalu itu berada pada sisi yang paling gelap dalam relung-relung kalbu. Karena itu tutupal rapa-rapat pintu masa lalu, jangan biarkan bayangan mimpi buruk masa lalu mengganggu hidup masa kini, jangan biarkan pikiran anda dikuasai bayang-bayang kenangan pahit masa lalu yang tidak akan pernah dicapai kembali. Selamatkanlah diri anda dari bayang-bayang masa lalu yang menghantui, mintalah campur tangan Tuhan untuk mengatasinya.
Tak seorangpun mampu mengembalikan matahari ketempat semula ia terbit, anda juga tidak dapat mengembalikan bayi kedalam rahim ibunya atau menyimpan kembali air mata kekelopak mata.
Dengan terus menerus mengingat masa lalu serta kejadian-kejadiannya, maka anda telah memposisikan diri pada kondisi hidup yang tragis dan anda hidup anda masa kini dibelenggu oleh masa lalu.
Jangan biarkan hati anda terkoyak hanya untuk mengenang masa lalu yang pahit.
Jangan biarkan jiwa anda tertekan hanya karena memikirkan sesuatu yang sudah selesai.
Terlalu banyak mengenang dan memikirkan masa lalu berarti anda telah banyak meghamburkan masa kini yang anda miliki. Ingatlah ketika ALLAH menerangkan kondisi bangsa-bangsa terdahulu, Dia Yang Maha Perkasa berfirman "itu adalah umat yang lalu" (al-baqarah 2:134).
Ingat, hari yang lalu telah berlalu dan itu sudah selesai, jangan lagi anda menganalisanya dan memutar kembali roda sejarah yang kelam, karena anda tidak mendapat manfaat apapun darinya.
Jangan pindahkan orang mati dari kuburnya, orang yang ingin hidup dimasa lalu sama seperti orang menggergaji serbuk kayu. Malapetaka bagi anda, jika anda tidak mampu berinteraksi dengan masa kini, berarti anda telah menyia-nyiakan istana yang indah, anda hanya meratapi bangunan yang telah hancur.
Jika setiap jin dan manusia bersama-sama membawa masa lalu, mereka pasti takkan mampu dan pasti akan gagal. Segala makhluk yang ada diatas bumi saja selalu bergerak maju, tumbuh dan berkembang, maka anda juga harus berbuat demikian. Anda harus mempersiapkan diri untuk memasuki masa kini dan menyongsong era baru, tentunya dengan iman dan spirit yang baru pula.Teguhkan iman dalam jiwa, bersandarlah kepada ALLAH dan yakinlah ALLAH bersama anda.
"Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu-lah kami mohon pertolongan" (al-fatihah 1:5).
Seseorang akan mengalami kegoncangan jiwa (penyakit yang dapat menghancurkan kekuatan untuk hidup pada saat ini) jika selalu mengingat-ingat masa lalu serta tragedi-tragedi yang terjadi di dalamnya.
Milikilah tujuan hidup yang kuat dan jelas jika ingin berhasil melampaui dan melupakan masa lampau, siapkan sikap mental yang prima jika tidak ingin meliah lagi cahaya masa lalu, sebab sesungguhnya masa lalu itu berada pada sisi yang paling gelap dalam relung-relung kalbu. Karena itu tutupal rapa-rapat pintu masa lalu, jangan biarkan bayangan mimpi buruk masa lalu mengganggu hidup masa kini, jangan biarkan pikiran anda dikuasai bayang-bayang kenangan pahit masa lalu yang tidak akan pernah dicapai kembali. Selamatkanlah diri anda dari bayang-bayang masa lalu yang menghantui, mintalah campur tangan Tuhan untuk mengatasinya.
Tak seorangpun mampu mengembalikan matahari ketempat semula ia terbit, anda juga tidak dapat mengembalikan bayi kedalam rahim ibunya atau menyimpan kembali air mata kekelopak mata.
Dengan terus menerus mengingat masa lalu serta kejadian-kejadiannya, maka anda telah memposisikan diri pada kondisi hidup yang tragis dan anda hidup anda masa kini dibelenggu oleh masa lalu.
Jangan biarkan hati anda terkoyak hanya untuk mengenang masa lalu yang pahit.
Jangan biarkan jiwa anda tertekan hanya karena memikirkan sesuatu yang sudah selesai.
Terlalu banyak mengenang dan memikirkan masa lalu berarti anda telah banyak meghamburkan masa kini yang anda miliki. Ingatlah ketika ALLAH menerangkan kondisi bangsa-bangsa terdahulu, Dia Yang Maha Perkasa berfirman "itu adalah umat yang lalu" (al-baqarah 2:134).
Ingat, hari yang lalu telah berlalu dan itu sudah selesai, jangan lagi anda menganalisanya dan memutar kembali roda sejarah yang kelam, karena anda tidak mendapat manfaat apapun darinya.
Jangan pindahkan orang mati dari kuburnya, orang yang ingin hidup dimasa lalu sama seperti orang menggergaji serbuk kayu. Malapetaka bagi anda, jika anda tidak mampu berinteraksi dengan masa kini, berarti anda telah menyia-nyiakan istana yang indah, anda hanya meratapi bangunan yang telah hancur.
Jika setiap jin dan manusia bersama-sama membawa masa lalu, mereka pasti takkan mampu dan pasti akan gagal. Segala makhluk yang ada diatas bumi saja selalu bergerak maju, tumbuh dan berkembang, maka anda juga harus berbuat demikian. Anda harus mempersiapkan diri untuk memasuki masa kini dan menyongsong era baru, tentunya dengan iman dan spirit yang baru pula.Teguhkan iman dalam jiwa, bersandarlah kepada ALLAH dan yakinlah ALLAH bersama anda.
"Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu-lah kami mohon pertolongan" (al-fatihah 1:5).
by. Mr. Bento
Rabu, 23 Mei 2012
KEJAHATAN DIBALAS DENGAN KEBAIKAN
Pada suatu hari Rasulullah saw bertamu
ke rumah Abu Bakar Ash-Shidiq. Ketika sedang ngobrol dan temu kangen
dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui bergaya preman
dan langsung mencela Abu Bakar. Makian kotor serta umpatan-umpatan kasar
keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tdk menghiraukannya. Ia
melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah
memberikan senyum terindahnya kepada Abu Bakar.
.
Merasa
tidak berhasil dan dicuekin, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu
Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan
keimanan yang kokoh serta kesabarannya, kembali Abu Bakar tidak
menghiraukannya dan tetap membiarkan orang tersebut memaki. Rasulullah
kembali memberikan senyum terindahnya. Merasa makin dikacangin, maka
semakin menjadi-jadi lah kemarahan orang Arab Badui ini.
.
Untuk
ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih
menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yg memiliki hawa nafsu, Abu
Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab
Badui itu dengan makian pula. Terjadilah perang mulut, seketika juga
nama-nama satu isi kebun binatang keluar semua, dari mulai kucing,
kelinci sampai onta. Seketika itu juga, Rasulullah beranjak dari tempat
duduknya dan langsung meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
.
Melihat
hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar sadar dengan kesalahannya dan
langsung berlari mengejar Rasulullah yg sudah sampai halaman rumah.
Kemudian, Abu Bakar berkata,
“Wahai Rasulullah, jika aku berbuat kesalahan, mohon jelaskan dan maafkan kesalahanku. Jangan biarkan aku dalam kebingungan.” Rasulullah lalu menjawab, “Sewaktu
orang Arab Badui itu datang lalu mencelamu dan kamu tidak
mnanggapinya, aku tersenyum karena banyak malaikat di sekelilingmu yang
akan membelamu di hadapan Allah.”
.
Beliau melanjutkan,
“Begitu pun yang ke-dua
kali ketika ia terus menghinamu dan kamu tetap membiarkannya, maka para
malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya di sisimu. Oleh sebab itu,
aku semakin tersenyum. Namun, ketika yang ke-tiga kali ia menghinamu
dan kamu menanggapinya serta kamu membalas makiannya, maka seluruh
malaikat pergi meninggalkanmu, dan hadirlah iblis di sisimu untuk
semakin memanasimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan
dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepada kamu.”
.
Sabar Dan Selalu Berbuat Baik
Islam adalah agama yang damai dan penuh keindahan.
Islam mengajarkan umatnya agar terus menerus berbuat kebaikan kepada
sesama manusia tanpa mempedulikan asal usul, status sosial, agama,
jenis kelamin, dsb. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an,“Dan berbuat
baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil (orang yang bepergian) dan hamba sahayamu (pembantu).” (QS. An-Nisa [4]: 36).
..
Ayat
ini mengajarkan untuk selalu berbuat baik kepada siapapun tanpa
memandang faktor-faktor darimana orang itu berasal, seberapa kaya orang
tersebut, apa jenis kelamin orang yang bersangkutan, dsb. Hal yang
lumrah ada kalanya dalam hidup ini kita menemui tantangan luar biasa
yang tak diinginkan, seperti dibenci banyak orang atas niat tulus dan
perbuatan baik yang kita lakukan atau mungkin “ditusuk” dari belakang
oleh teman-teman maupun keluarga dekat kita sendiri. Ironis bukan?
.
Bagi
seorang pelajar atau mahasiswa, mungkin saja ada teman sekelas yang
tidak suka dan berusaha menjatuhkan kita dengan berbagai cara, termasuk
mungkin memfitnah atau menyebar isu yang tidak benar. Bagi seorang
karyawan, mungkin saja sesama teman di kantor saling berusaha
menjatuhkan dan dibuat agar nama kita jelek di depan bos dan tidak jadi
dipromosikan. Bagi seorang pebisnis, mungkin saja pesaing kita
melakukan cara-cara yang kotor dan bisnis yang tidak beretika. Setiap
orang, tidak peduli apa profesi dan pekerjaannya, pasti akan menemu
hal-hal seperti itu. Hidup itu keras bung!
.
Saran saya kepada orang-orang seperti ini: jangan dibalas perbuatan jahat mereka!
Karena kalau kita balas, ya berarti kita sama saja dengan mereka.
Sama-sama sakit!! hehe… Tapi balaslah segala kejahatan yang orang lain
lakukan kepada kita dengan kebaikan. Allah Swt telah mengajarkan di
dalam Al-Qur’an, “Balaslah perbuatan buruk mereka dengan yg lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 96).
.
Hadapi saja semua tantangan dan masalah yang kita hadapi
dalam hidup ini dengan penuh syukur. Karena memang begitulah kehidupan
berjalan. Terkadang berada di atas dan di lain waktu berada di bawah.
Terkadang, perbuatan baik yang kita lakukan malah dibalas dengan
kejahatan oleh orang lain. Oleh karenanya, manakala kita melakukan
sesuatu, jangan pernah berharap bahwa kita akan memperoleh sambutan
hangat atau balasan yang serupa dari orang yang bersangkutan. Karena
jika itu yg terjadi, bersiap-siaplah kita merasakan kekecewaan yang
dalam.
Watak manusia sungguh beragam
dan tak mesti sehaluan dengan apa yang kita inginkan. Pastinya kita
menginginkan setiap orang berbuat baik kepada kita kan? Sayangnya dunia
tidak selebar daun kelor (ga nyambung). Semua sikap yang tidak
mengenakkan dari manusia, baik ataupun buruk, terimalah dengan penuh
kesabaran. Bilamana kita mengindahkan ajaran Islam, balaslah dengan yg
terbaik. Namun, bilamana membalas keburukan itu dengan kebaikan masih
sulit dan berat, biarkan saja mereka. Jangan sekalipun kita
terprovokasi. Inget selalu pepatah ini: “Anjing menggonggong kafilah
tetap berlalu.”
.
Contoh nyata dari kesabaran menghadapi orang lain adalah apa yg
ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dalam dakwah beliau kepada kafir
Quraisy di Makkah. Nabi Muhammad yang diutus oleh Allah SWT untuk
menyucikan jiwa-jiwa kotor, hati kusam, dan mengajarkan akhlak karimah
bukannya disambut dengan baik. Tapi malah dicemooh, dihina, difitnah,
dan dihujat. Tidak jarang, bahkan beliau dilempari tulang belulang,
kotoran unta dan diludahi ketika beribadah di Ka’bah. Namun, apakah
beliau membalas semua tindakan keji itu dgn tindakan yang sama?
Ternyata tidak!
Dalam peristiwa Thaif, ketika
Rasulullah SAW datang bersama para sahabat mencari perlindungan, beliau
malah dilempari batu hingga berdarah. Dalam kondisi yang demikian,
ternyata bukan kemarahan dan dendam yang ditunjukkan Rasulullah saw.
Beliau malah mendoakan orang-orang yg melemparinya agar segera mendapat
hidayah dari Allah SWT. Padahal, para malaikat yg diutus oleh Allah
SWT telah menawarkan kepada beliau untuk menghukum mereka. Ibaratnya
kalau Rasulullah bilang “iya” saja kepada malaikat, maka itu
orang-orang yang berbuat jahat kepada Rasulullah akan langsung dijadiin
tempe mendoan semuanya alias benyek.
.
Tapi
Rasulullah SAW menolak tawaran tersebut, malah beliau berbuat kebaikan
kepada orang-orang yg menzalimi tersebut dengan mendoakan mereka agar
mendapat hidayah. Terbukti, sebagian besar dari mereka memeluk agama
Islam dan menjadi pembela Rasulullah paling depan di medan-medan
perang. Subhanallah.. Inilah kehebatan dari seorang Nabi Muhammad saw
yang membalas kejahatan dengan penuh kebaikan, dan akhirnya justru
malah kemenangan yang didapat, yaitu orang-orang yang tadinya kafir dan
memusuhi, malah berbalik memeluk agama Islam karena akhlak terpuji
yang ditunjukkan oleh Rasulullah.
.
Tidak salah memang bahwa Nabi Muhammad saw adalah contoh manusia terbaik yang harus kita ikuti. “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:21).
.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw membuat saya teringat dengan istilah yang sangat menarik, “you may lose the battle but you win the war”. Kata battle di sini diistilahkan sebagai perang kecil dan war adalah
sebuah perang yang lebih besar. Inilah yang disebut mengalah untuk
menang. Kita sering mengartikan bahwa yang namanya mengalah itu ya
berarti kalah, padahal tidak demikian. Mengalah bukan berarti kalah,
namun mengalah untuk merangkul dan selanjutnya untuk menang.
.
Dalam cerita di atas tadi, Nabi Muhammad saw boleh saja kalah dalam battle (pertempuran kecil), namun beliau menang mutlak dalam war (perang yang lebih besar). Kekalahan battle Rasulullah
adalah beliau dimaki-maki, dilempari batu bahkan diludahi setiap
harinya. Tapi Rasululah menahan diri untuk tidak membalas karena beliau
tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dia perjuangkan,
yaitu tugas utamanya berada di muka bumi ini untuk memperbaiki akhlak
manusia dan menyiarkan syiar Islam seluas-luasnya sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta).
.
Lalu akhirnya jelas sekali, kemenangan war Rasulullah
adalah pada akhirnya orang-orang yang tadinya membenci dan memusuhi,
bahkan ingin membunuh beliau, malah mengucapkan syahadat, memeluk agama
Islam dan menjadi tameng-tameng hidup yang paling setia bagi Rasulullah
saw dalam setiap perang. Inilah kemenangan besar Nabi Muhammad saw
yang berhasil menjalankan misinya di muka bumi yang menyiarkan syiar
Islam dan membuat para pembencinya memeluk agama Islam atas kesadaran
sendiri dikarenakan perbuatan baik yang dicontohkan Rasulullah saw.
.
Allah Swt Maha Adil
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Allah Swt juga memiliki nama lain yang berhubungan dengan keadilan seperti Al-‘Adl (Yang Maha Adil) atau Al-Hakim
(Yang Maha Menghakimi). Di dalam Al-Qur’an sendiri juga dijelaskan
bahwa segala perbuatan, baik ataupun buruk, sekecil apapun, pasti akan
mendapat ganjaran dari Sang Maha Kuasa.
.
“Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (biji atom), niscaya dia
akan menerima (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
seberat dzarrah (biji atom) pun, niscaya dia akan menerima
(balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah [99]:7-8)
.
Jadi,
Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, jangan khawatir untuk selalu berbuat
baik. Kita harus meyakini bahwa Allah Maha Adil dan segala perbuatan
kita pasti akan ada balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat nanti.
Jika kita berbuat baik, tentunya kebaikan pula balasan yang akan
diberikan oleh Allah Swt. “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula.” (QS. Ar-Rahman [55]: 60).
.
Maka dari itu berbuat baiklah kepada siapapun,
bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Mengapa?
Karena kebaikan tersebut dilipatgandakan di sisi-Nya. Hal ini
dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “Mereka itu diberi pahala dua kali
lipat disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan
kebaikan dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka,
mereka nafkahkan.”(QS. Al-Qashash [28]:54)
.
Coba perhatikan juga ayat ini, “Siapa
yang datang membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada
kebaikannya itu; dan siapa yang datang membawa kejahatan, tidaklah
diberi balasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu,
melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (SQ. Al-Qashash [28]:84)
.
Dalam
ayat di atas jelas bahwa segala kebaikan akan mendapat balasan yang
lebih baik dan setiap kejahatan dibalaskan setimpal dengan apa yang
dilakukan. Di sinilah letak kebaikan dan keadilan Allah Swt. Dia
memberikan ganjaran yang lebih kepada orang-orang yang berbuat
kebaikan. Namun untuk pelaku kejahatan dibalas setimpal dengan
kejahatannya. Allah SWT tidak menzolimi sedikitpun terhadap orang-orang
yang berbuat jahat. Mantap kan??? hehehe…
.
Akhirnya…
Selamat berbuat kebaikan… Dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun…
Mengenai balasannya, serahkan kepada Allah, Dia-lah hakim yang paling
adil di seantero jagat bumi…
by. Mr. Bento
Senin, 14 Mei 2012
Keutamaan Zikir Mengingat Allah
Allah memerintahkan orang yang beriman untuk berzikir (mengingat dan menyebut nama Allah) sebanyak-banyaknya:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” [QS Al Ahzab 33:41]
“Apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan
menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan)
nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu…” [Al
Baqarah 200]
“…Dan berdzikirlah menyebut nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” [Ali 'Imran 41]
“…Dan berdzikirlah menyebut nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” [Ali 'Imran 41]
Tapi memang berdzikir tidak harus selalu di Majelis Dzikir dan tidak berlebihan
berada di masjid atau majelis dzikir (tapi kalau di Indonesia
sepertinya justru masih kurang deh). Berdzikir bisa dilakukan saat
beramal jariyah menolong sesama dan berjihad perang di jalan Allah serta
dakwah:
“Hai orang-orang yang beriman. apabila
kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan
berdzikirlah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung.” [Al Anfaal 45]
Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi.
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [QS Al Munaafiquun 63:9]
Allah mengingat orang yang mengingatNya.
“Karena
itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152]
Orang yang beriman selalu ingat kepada Allah dalam berbagai keadaan :
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
[QS Ali 'Imran 3:190-191]
Dengan berzikir hati menjadi tenteram.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS 13:28]
Menyebut Allah dapat membawa ketenangan dan menyembuhkan jiwa :
«
Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut
tentang manusia adalah penyakit (artinya penyakitakhlak). (HR.
Al-Baihaqi)
Nabi berkata: Tiada amal perbuatan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah daripada zikrullah. (HR. Ahmad)
« Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, kalau kamu selamanya bersikap seperti saat kamu ada bersamaku dan mendengarkan zikir, pasti para malaikat akan bersalaman dengan kamu di tempat tidurmu dan di jalan-jalan yang kamu lalui. Tetapi, wahai Hanzhalah (nama seorang sahabat) kadangkala
begini dan kadangkala begitu. (Beliau mengucapkan perkataan itu kepada
Hanzhalah hingga diulang-ulang tiga kali). (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
« Perumpamaan orang yang berzikir kepada Robbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati » (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi
berkata: ” Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan
kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang
jiwaku dalam genggamanNya, sesungguhnya Al Qur’an dan zikir menumbuhkan
keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan” (HR. Ad-Dailami)
Nabi
berkata: ”Maukah aku beritahu amalanmu yang terbaik, yang paling tinggi
dalam derajatmu, paling bersih di sisi Robbmu serta lebih baik dari
menerima emas dan perak dan lebih baik bagimu daripada berperang dengan
musuhmu yang kamu potong lehernya atau mereka memotong lehermu? Para sahabat lalu menjawab, “Ya.” Nabi Saw berkata,”Zikrullah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Seorang
sahabat berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam
sudah banyak bagiku. Beritahu aku sesuatu yang dapat aku menjadikannya
pegangan.” Nabi Saw berkata, “Biasakanlah lidahmu selalu bergerak
menyebut-nyebut Allah (zikrullah).” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Nabi berkata: Sebaik-baik zikir dengan suara rendah dan sebaik-baik rezeki yang secukupnya. (HR. Abu Ya’la)
Di antara ucapan tasbih
Rasulullah Saw ialah : “Maha suci yang memiliki kerajaan dan kekuasaan
seluruh alam semesta, Maha suci yang memiliki kemuliaan dan
kemahakuasaan, Maha suci yang hidup kekal dan tidak mati.” (HR. Ad-Dailami)
“Dua kalimat ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan dan disukai oleh Allah
yaitu kalimat: “Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Adzhim” (Maha
suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung).
(HR. Bukhari)
Nabi
berkata: ”Ada empat perkara, barangsiapa memilikinya Allah akan
membangun untuknya rumah di surga, dan dia dalam naungan cahaya Allah
yang Maha Agung. Apabila pegangan teguhnya “Laailaha illallah”. Jika
memperoleh kebaikan dia mengucapkan “Alhamdulillah”, jika berbuat salah
(dosa) dia mengucapkan “Astaghfirullah” dan jika ditimpa musibah dia
berkata “Inna lillahi wainna ilaihi roji’uun.” (HR. Ad-Dailami)
Nabi berkata: Wahai Aba Musa, maukah aku tunjukkan ucapan dari
perbendaharaan surga? Aku menjawab, “Ya.” Nabi berkata, “La haula wala
Quwwata illa billah.” (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali
dengan pertolongan Allah).” (HR. Ibnu Hibban dan Ahmad)
Di antara zikir yang utama adalah Laa ilaaha illallahu (Tidak ada Tuhan selain Allah)
“Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ‘Zikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallahu” [HR Turmudzi]
‘Rasulullah
bersabda : ‘Sesungguhnya aku berkata bahwa kalimat : ‘Subhanallah, wal
hamdulillah, wa Laa Ilaaha Illallah, wallahu akbar’ (Maha Suci Allah,
dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada
Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar) itu lebih kusukai daripada
apa yang dibawa oleh matahari terbit.’ (HR Bukhari dan Muslim)
by. Mr. Bento
Minggu, 13 Mei 2012
HUKUM MERAYAKAN ULANG TAHUN
Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Perayaan ulang tahun atas kelahiran seseorang atau suatu organisasi tertentu tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu bila dilakukan, tidak bernilai ibadah.
Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan ulang tahun yang diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan ulang tahun antara lain:
1. Ulang tahun bila sampai menjadi keharusan untuk dirayakan dianggap sebuah bid’ah. Sebab Rasulullah SAW belum pernah memerintahkannya, bahkan meski sekedar mengisyaratkannya pun tidak pernah. Sehingga bila seorang muslim sampai merasa bahwa perayaan hari ulang tahun itu sebagai sebuah kewajiban, masuklah dia dalam kategori pembuat bid’ah.
2. Ulang tahun adalah produk Barat/ non muslim
Selain itu, kita tahu persis bahwa perayaan uang tahun itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama Islam. Sedangkan sebagai muslim, sebenarnya kita punya kedudukan yang jauh lebih tinggi. Bukan pada tempatnya sebagai bangsa muslim, malah mengekor Barat dalam masalah tata kehidupan.
Seolah pola hidup dan kebiasaan orang Barat itu mau tidak mau harus dikerjakan oleh kita yang muslim ini. Kalau sampai demikian, sebenarnya jiwa kita ini sudah terjajah tanpa kita sadari. Buktinya, life style mereka sampai mendarah daging di otak kita, sampai-sampai banyak di antara kita mereka kurang sreg kalau pada hari ulang tahun anaknya tidak merayakannya. Meski hanya sekedar dengan ucapan selamat ulang tahun.
3. Apakah Manfaat Merayakan Ulang Tahun?
Selain itu perlu juga kita renungkan sebagai muslim, apakah tujuan dan manfaat sebenarnya bisa kitadapat dari perayaan ini? Adakah nilai-nilai positif di dalamnya? Ataukah sekedar meneruskan sebuah tradisi yang tidak ada landasannya? Apakah ada di antara tujuan yang ingin dicapai itu sesuatu yang penting dalam hidup ini? Atau sekedar penghamburan uang?
Pertanyaan berikutnya,adakah sesuatu yang menambah iman, ilmu atau amal? Atau menambah manfaat baik pribadi, sosial atau lainnya? Pertanyaan berikutnya dan ini akan menjadi sangat penting, adakah dalam pelaksanaan acara seperti itu maksiat dan dosa yang dilanggar?
Yang terkahir namun tetap penting, bila ternyata semua jawaban di atas positif, dan acara seperti itu menjadi tradisi, apakah tidak akan menimbulkan salah paham pada generasi berikut seolah-olah acara seperti ini ‘harus’ dilakukan? Hal ini seperti yang terjadi pada upacara peringat hari besar Islam baik itu kelahiran, isra` mi`raj dan sebagainya.
Jangan sampai dikemudian hari, lahir generasi yang menganggap perayaan ulang tahun adalah ‘sesuatu’ yang harus terlaksana. Bila memang demikian, bukankah kita telah kehilangan makna?
Kalau menimbang-nimbang pernyataan di atas, ada baiknya kita yang sudah terlanjur merayakan ulang tahun buat anak atau bahkan untuk diri kita sendiri melakukan evaluasi besar.
Sebaliknya, mungkin ada baiknya pemikiran yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Al-Qradawi tentang ulang tahun untuk anak. Misalnya, pada saat anak itu berusia 7 tahun, tidak ada salahnya kita ajak dia untuk menyampaikan pesan-pesan dalam acara khusus tentang keadaannya yang kini menginjak usia 7 tahun. Di mana Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat di usia itu.
Bolehlah dibuat acara khusus untuk penyampaian pesan ini, agar terasa ada kesan tertentu di dalam diri si anak. Bahwa sejak hari itu, dirinya telah mendapatkan sebuah tugas resmi, yaitu diperintahkan untuk shalat.
Nanti di usia 10 tahun, hal yang sama boleh dilakukan lagi, yaitu sebagaimana perintah Rasulullah SAW untuk menambah atau menguatkan lagi perintah shalat. Kali ini dengan ancaman pukulan bila masih saja malas melakukan shalat. Bolehlah diadakan suatu acara khusus di mana inti acaranya menetapkan bahwa si anak hari ini sudah berusia 10 tahun, di mana Rasulullah SAW membolehkan orang tua memukul anaknya bila tidak mau shalat.
Kira-kira usia 15 tahun lebih kurangnya, ketika anak pertama kali baligh, boleh juga diadakan acara lagi. Kali ini orang tua menegaskan bahwa anak sudah termasuk mukallaf, sehingga semua hitungan amalnya baik dan buruk sejak hari itu akan mulai dicatat. Bolehlah pada hari itu orang tua membuat acara khusus yang intinya menyampaikan pesan-pesan ini.
Jadi bukan tiap tahun bikin pesta undang teman-teman, lalu tiup lilin, potong kue, bernyanyi-nyanyi, memberi kado. Pola seperti ini sama sekali tidak diajarkan di dalam agama kita dan cenderung tidak ada manfaatnya, bahkan kalau mau jujur, justru merupakan cerminan dari sebuah mentalitas bangsa terjajah yang rela mengekor pada tradisi bangsa lain.
Bukankah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya? Lalu mengapa kita bangsa Islam ini harus mengekor pada tradisi bangsa lain yang jauh lebih rendah?
Mungkin jawabannya yang paling jujur adalah…istafti qalbak….
Mintalah fawa kepada hati nuranimu…
Wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Perayaan ulang tahun atas kelahiran seseorang atau suatu organisasi tertentu tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu bila dilakukan, tidak bernilai ibadah.
Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan ulang tahun yang diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan ulang tahun antara lain:
1. Ulang tahun bila sampai menjadi keharusan untuk dirayakan dianggap sebuah bid’ah. Sebab Rasulullah SAW belum pernah memerintahkannya, bahkan meski sekedar mengisyaratkannya pun tidak pernah. Sehingga bila seorang muslim sampai merasa bahwa perayaan hari ulang tahun itu sebagai sebuah kewajiban, masuklah dia dalam kategori pembuat bid’ah.
2. Ulang tahun adalah produk Barat/ non muslim
Selain itu, kita tahu persis bahwa perayaan uang tahun itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama Islam. Sedangkan sebagai muslim, sebenarnya kita punya kedudukan yang jauh lebih tinggi. Bukan pada tempatnya sebagai bangsa muslim, malah mengekor Barat dalam masalah tata kehidupan.
Seolah pola hidup dan kebiasaan orang Barat itu mau tidak mau harus dikerjakan oleh kita yang muslim ini. Kalau sampai demikian, sebenarnya jiwa kita ini sudah terjajah tanpa kita sadari. Buktinya, life style mereka sampai mendarah daging di otak kita, sampai-sampai banyak di antara kita mereka kurang sreg kalau pada hari ulang tahun anaknya tidak merayakannya. Meski hanya sekedar dengan ucapan selamat ulang tahun.
3. Apakah Manfaat Merayakan Ulang Tahun?
Selain itu perlu juga kita renungkan sebagai muslim, apakah tujuan dan manfaat sebenarnya bisa kitadapat dari perayaan ini? Adakah nilai-nilai positif di dalamnya? Ataukah sekedar meneruskan sebuah tradisi yang tidak ada landasannya? Apakah ada di antara tujuan yang ingin dicapai itu sesuatu yang penting dalam hidup ini? Atau sekedar penghamburan uang?
Pertanyaan berikutnya,adakah sesuatu yang menambah iman, ilmu atau amal? Atau menambah manfaat baik pribadi, sosial atau lainnya? Pertanyaan berikutnya dan ini akan menjadi sangat penting, adakah dalam pelaksanaan acara seperti itu maksiat dan dosa yang dilanggar?
Yang terkahir namun tetap penting, bila ternyata semua jawaban di atas positif, dan acara seperti itu menjadi tradisi, apakah tidak akan menimbulkan salah paham pada generasi berikut seolah-olah acara seperti ini ‘harus’ dilakukan? Hal ini seperti yang terjadi pada upacara peringat hari besar Islam baik itu kelahiran, isra` mi`raj dan sebagainya.
Jangan sampai dikemudian hari, lahir generasi yang menganggap perayaan ulang tahun adalah ‘sesuatu’ yang harus terlaksana. Bila memang demikian, bukankah kita telah kehilangan makna?
Kalau menimbang-nimbang pernyataan di atas, ada baiknya kita yang sudah terlanjur merayakan ulang tahun buat anak atau bahkan untuk diri kita sendiri melakukan evaluasi besar.
Sebaliknya, mungkin ada baiknya pemikiran yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Al-Qradawi tentang ulang tahun untuk anak. Misalnya, pada saat anak itu berusia 7 tahun, tidak ada salahnya kita ajak dia untuk menyampaikan pesan-pesan dalam acara khusus tentang keadaannya yang kini menginjak usia 7 tahun. Di mana Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat di usia itu.
Bolehlah dibuat acara khusus untuk penyampaian pesan ini, agar terasa ada kesan tertentu di dalam diri si anak. Bahwa sejak hari itu, dirinya telah mendapatkan sebuah tugas resmi, yaitu diperintahkan untuk shalat.
Nanti di usia 10 tahun, hal yang sama boleh dilakukan lagi, yaitu sebagaimana perintah Rasulullah SAW untuk menambah atau menguatkan lagi perintah shalat. Kali ini dengan ancaman pukulan bila masih saja malas melakukan shalat. Bolehlah diadakan suatu acara khusus di mana inti acaranya menetapkan bahwa si anak hari ini sudah berusia 10 tahun, di mana Rasulullah SAW membolehkan orang tua memukul anaknya bila tidak mau shalat.
Kira-kira usia 15 tahun lebih kurangnya, ketika anak pertama kali baligh, boleh juga diadakan acara lagi. Kali ini orang tua menegaskan bahwa anak sudah termasuk mukallaf, sehingga semua hitungan amalnya baik dan buruk sejak hari itu akan mulai dicatat. Bolehlah pada hari itu orang tua membuat acara khusus yang intinya menyampaikan pesan-pesan ini.
Jadi bukan tiap tahun bikin pesta undang teman-teman, lalu tiup lilin, potong kue, bernyanyi-nyanyi, memberi kado. Pola seperti ini sama sekali tidak diajarkan di dalam agama kita dan cenderung tidak ada manfaatnya, bahkan kalau mau jujur, justru merupakan cerminan dari sebuah mentalitas bangsa terjajah yang rela mengekor pada tradisi bangsa lain.
Bukankah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya? Lalu mengapa kita bangsa Islam ini harus mengekor pada tradisi bangsa lain yang jauh lebih rendah?
Mungkin jawabannya yang paling jujur adalah…istafti qalbak….
Mintalah fawa kepada hati nuranimu…
Wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
by. Mr. Bento
Langganan:
Postingan (Atom)