RUDI BENTO ( benar benar tobat )
Image by Cool Text: Logo and Button Generator - Create Your Own Logo

Rabu, 23 Mei 2012

KEJAHATAN DIBALAS DENGAN KEBAIKAN

Pada suatu hari Rasulullah saw bertamu ke rumah Abu Bakar Ash-Shidiq. Ketika sedang ngobrol dan temu kangen dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui bergaya preman dan langsung mencela Abu Bakar. Makian kotor serta umpatan-umpatan kasar keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tdk menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah memberikan senyum terindahnya kepada Abu Bakar.
.
Merasa tidak berhasil dan dicuekin, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, kembali Abu Bakar  tidak menghiraukannya dan tetap membiarkan orang tersebut memaki. Rasulullah kembali memberikan senyum terindahnya.‎ Merasa makin dikacangin, maka semakin menjadi-jadi lah kemarahan orang Arab Badui ini.
.
Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yg memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui itu dengan makian pula. Terjadilah perang mulut, seketika juga nama-nama satu isi kebun binatang keluar semua, dari mulai kucing, kelinci sampai onta. Seketika itu juga, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya dan langsung meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam. ‎
.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar sadar dengan kesalahannya dan langsung berlari mengejar Rasulullah yg sudah sampai halaman rumah. Kemudian, Abu Bakar berkata,  

“Wahai Rasulullah, jika aku berbuat kesalahan, mohon jelaskan dan maafkan kesalahanku. Jangan biarkan aku dalam kebingungan.” Rasulullah lalu menjawab, “Sewaktu orang Arab Badui itu datang lalu mencelamu dan kamu tidak mnanggapinya, aku tersenyum karena banyak malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan Allah.”
.
Beliau melanjutkan,  

“Begitu pun yang ke-dua kali ketika ia terus menghinamu dan kamu tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya di sisimu. Oleh sebab itu, aku semakin tersenyum. Namun, ketika yang ke-tiga kali ia menghinamu dan kamu menanggapinya serta kamu membalas makiannya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu, dan hadirlah iblis di sisimu untuk semakin memanasimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepada kamu.”
.
Sabar Dan Selalu Berbuat Baik

Islam adalah agama yang damai dan penuh keindahan. Islam mengajarkan umatnya agar terus menerus berbuat kebaikan kepada sesama manusia tanpa mempedulikan asal usul, status sosial, agama, jenis kelamin, dsb. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an,“Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil (orang yang bepergian) dan hamba sahayamu (pembantu).” (QS. An-Nisa [4]: 36).
..
Ayat ini mengajarkan untuk selalu berbuat baik kepada siapapun tanpa memandang faktor-faktor darimana orang itu berasal, seberapa kaya orang tersebut, apa jenis kelamin orang yang bersangkutan, dsb. Hal yang lumrah ada kalanya dalam hidup ini kita menemui tantangan luar biasa yang tak diinginkan, seperti dibenci banyak orang atas niat tulus dan perbuatan baik yang kita lakukan atau mungkin “ditusuk” dari belakang oleh teman-teman maupun keluarga dekat kita sendiri. Ironis bukan?
.
Bagi seorang pelajar atau mahasiswa, mungkin saja ada teman sekelas yang tidak suka dan berusaha menjatuhkan kita dengan berbagai cara, termasuk mungkin memfitnah atau menyebar isu yang tidak benar. Bagi seorang karyawan, mungkin saja sesama teman di kantor saling berusaha menjatuhkan dan dibuat agar nama kita jelek di depan bos dan tidak jadi dipromosikan. Bagi seorang pebisnis, mungkin saja pesaing kita melakukan cara-cara yang kotor dan bisnis yang tidak beretika. Setiap orang, tidak peduli apa profesi dan pekerjaannya, pasti akan menemu hal-hal seperti itu. Hidup itu keras bung! 
.
Saran saya kepada orang-orang seperti ini: jangan dibalas perbuatan jahat mereka! Karena kalau kita balas, ya berarti kita sama saja dengan mereka. Sama-sama sakit!! hehe… Tapi balaslah segala kejahatan yang orang lain lakukan kepada kita dengan kebaikan. Allah Swt telah mengajarkan di dalam Al-Qur’an, “Balaslah perbuatan buruk mereka dengan yg lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 96).
.
Hadapi saja semua tantangan dan masalah yang kita hadapi dalam hidup ini dengan penuh syukur. Karena memang begitulah kehidupan berjalan. Terkadang berada di atas dan di lain waktu berada di bawah. Terkadang, perbuatan baik yang kita lakukan malah dibalas dengan kejahatan oleh orang lain. Oleh karenanya, manakala kita melakukan sesuatu, jangan pernah berharap bahwa kita akan memperoleh sambutan hangat atau balasan yang serupa dari orang yang bersangkutan. Karena jika itu yg terjadi, bersiap-siaplah kita merasakan kekecewaan yang dalam.

Watak manusia sungguh beragam dan tak mesti sehaluan dengan apa yang kita inginkan. Pastinya kita menginginkan setiap orang berbuat baik kepada kita kan? Sayangnya dunia tidak selebar daun kelor (ga nyambung). Semua sikap yang tidak mengenakkan dari manusia, baik ataupun buruk, terimalah dengan penuh kesabaran. Bilamana kita mengindahkan ajaran Islam, balaslah dengan yg terbaik. Namun, bilamana membalas keburukan itu dengan kebaikan masih sulit dan berat, biarkan saja mereka. Jangan sekalipun kita terprovokasi. Inget selalu pepatah ini: “Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.”
.
‎ ​​Contoh nyata dari kesabaran menghadapi orang lain adalah apa yg ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dalam dakwah beliau kepada kafir Quraisy di Makkah. Nabi Muhammad yang diutus oleh Allah SWT untuk menyucikan jiwa-jiwa kotor, hati kusam, dan mengajarkan akhlak karimah bukannya disambut dengan baik. Tapi malah dicemooh, dihina, difitnah, dan dihujat. Tidak jarang, bahkan beliau dilempari tulang belulang, kotoran unta dan diludahi ketika beribadah di Ka’bah. Namun, apakah beliau membalas semua tindakan keji itu dgn tindakan yang sama? Ternyata tidak!

Dalam peristiwa Thaif, ketika Rasulullah SAW datang bersama para sahabat mencari perlindungan, beliau malah dilempari batu hingga berdarah. Dalam kondisi yang demikian, ternyata bukan kemarahan dan dendam yang ditunjukkan Rasulullah saw. Beliau malah mendoakan orang-orang yg melemparinya agar segera mendapat hidayah dari Allah SWT. Padahal, para malaikat yg diutus oleh Allah SWT telah menawarkan kepada beliau untuk menghukum mereka. Ibaratnya kalau Rasulullah bilang “iya” saja kepada malaikat, maka itu orang-orang yang berbuat jahat kepada Rasulullah akan langsung dijadiin tempe mendoan semuanya alias benyek.
.
Tapi Rasulullah SAW menolak tawaran tersebut, malah beliau berbuat kebaikan kepada orang-orang yg menzalimi tersebut dengan mendoakan mereka agar mendapat hidayah. Terbukti, sebagian besar dari mereka memeluk agama Islam dan menjadi pembela Rasulullah paling depan di medan-medan perang. Subhanallah.. Inilah kehebatan dari seorang Nabi Muhammad saw yang membalas kejahatan dengan penuh kebaikan, dan akhirnya justru malah kemenangan yang didapat, yaitu orang-orang yang tadinya kafir dan memusuhi, malah berbalik memeluk agama Islam karena akhlak terpuji yang ditunjukkan oleh Rasulullah.
.
Tidak salah memang bahwa Nabi Muhammad saw adalah contoh manusia terbaik yang harus kita ikuti. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:21).
.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw membuat saya teringat dengan istilah yang sangat menarik, “you may lose the battle but you win the war”. Kata battle di sini diistilahkan sebagai perang kecil dan war adalah sebuah perang yang lebih besar. Inilah yang disebut mengalah untuk menang. Kita sering mengartikan bahwa yang namanya mengalah itu ya berarti kalah, padahal tidak demikian. Mengalah bukan berarti kalah, namun mengalah untuk merangkul dan selanjutnya untuk menang.
.
Dalam cerita di atas tadi, Nabi Muhammad saw boleh saja kalah dalam battle (pertempuran kecil), namun beliau menang mutlak dalam war (perang yang lebih besar). Kekalahan battle Rasulullah adalah beliau dimaki-maki, dilempari batu bahkan diludahi setiap harinya. Tapi Rasululah menahan diri untuk tidak membalas karena beliau tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dia perjuangkan, yaitu tugas utamanya berada di muka bumi ini untuk memperbaiki akhlak manusia dan menyiarkan syiar Islam seluas-luasnya sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta).
.
Lalu akhirnya jelas sekali, kemenangan war Rasulullah adalah pada akhirnya orang-orang yang tadinya membenci dan memusuhi, bahkan ingin membunuh beliau, malah mengucapkan syahadat, memeluk agama Islam dan menjadi tameng-tameng hidup yang paling setia bagi Rasulullah saw dalam setiap perang. Inilah kemenangan besar Nabi Muhammad saw yang berhasil menjalankan misinya di muka bumi yang menyiarkan syiar Islam dan membuat para pembencinya memeluk agama Islam atas kesadaran sendiri dikarenakan perbuatan baik yang dicontohkan Rasulullah saw.
.
Allah Swt Maha Adil

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Allah Swt juga memiliki nama lain yang berhubungan dengan keadilan seperti Al-‘Adl (Yang Maha Adil) atau Al-Hakim (Yang Maha Menghakimi). Di dalam Al-Qur’an sendiri juga dijelaskan bahwa segala perbuatan, baik ataupun buruk, sekecil apapun, pasti akan mendapat ganjaran dari Sang Maha Kuasa.
.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (biji atom), niscaya dia akan menerima (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah (biji atom) pun, niscaya dia akan menerima (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah [99]:7-8)
.
Jadi, Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, jangan khawatir untuk selalu berbuat baik. Kita harus meyakini bahwa Allah Maha Adil dan segala perbuatan kita pasti akan ada balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat nanti. Jika kita berbuat baik, tentunya kebaikan pula balasan yang akan diberikan oleh Allah Swt. “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula.” (QS. Ar-Rahman [55]: 60).
.
Maka dari itu berbuat baiklah kepada siapapun, bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Mengapa? Karena kebaikan tersebut dilipatgandakan di sisi-Nya. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “Mereka itu diberi pahala dua kali lipat disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.”(QS. Al-Qashash [28]:54)
.
Coba perhatikan juga ayat ini, “Siapa yang datang membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang datang membawa kejahatan, tidaklah diberi balasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (SQ. Al-Qashash [28]:84)
.
Dalam ayat di atas jelas bahwa segala kebaikan akan mendapat balasan yang lebih baik dan setiap kejahatan dibalaskan setimpal dengan apa yang dilakukan. Di sinilah letak kebaikan dan keadilan Allah Swt. Dia memberikan ganjaran yang lebih kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Namun untuk pelaku kejahatan dibalas setimpal dengan kejahatannya. Allah SWT tidak menzolimi sedikitpun terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Mantap kan??? hehehe…
.
Akhirnya… Selamat berbuat kebaikan… Dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun… Mengenai balasannya, serahkan kepada Allah, Dia-lah hakim yang paling adil di seantero jagat bumi…

by. Mr. Bento

Senin, 14 Mei 2012

Keutamaan Zikir Mengingat Allah

Allah memerintahkan orang yang beriman untuk berzikir (mengingat dan menyebut nama Allah) sebanyak-banyaknya:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” [QS Al Ahzab 33:41]
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu…” [Al Baqarah 200]

“…Dan berdzikirlah menyebut nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” [Ali 'Imran 41]
Tapi memang berdzikir tidak harus selalu di Majelis Dzikir dan tidak berlebihan berada di masjid atau majelis dzikir (tapi kalau di Indonesia sepertinya justru masih kurang deh). Berdzikir bisa dilakukan saat beramal jariyah menolong sesama dan berjihad perang di jalan Allah serta dakwah:
“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan berdzikirlah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” [Al Anfaal 45]
Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi.
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [QS Al Munaafiquun 63:9]
Allah mengingat orang yang mengingatNya.
“Karena itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152]
Orang yang beriman selalu ingat kepada Allah dalam berbagai keadaan :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Ali 'Imran 3:190-191]
Dengan berzikir hati menjadi tenteram.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS 13:28]
Menyebut Allah dapat membawa ketenangan dan menyembuhkan jiwa :
« Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (artinya penyakitakhlak). (HR. Al-Baihaqi)
Nabi berkata: Tiada amal perbuatan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah daripada zikrullah. (HR. Ahmad)
« Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, kalau kamu selamanya bersikap seperti saat kamu ada bersamaku dan mendengarkan zikir, pasti para malaikat akan bersalaman dengan kamu di tempat tidurmu dan di jalan-jalan yang kamu lalui. Tetapi, wahai Hanzhalah (nama seorang sahabat) kadangkala begini dan kadangkala begitu. (Beliau mengucapkan perkataan itu kepada Hanzhalah hingga diulang-ulang tiga kali). (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
« Perumpamaan orang yang berzikir kepada Robbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati » (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi berkata: ” Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, sesungguhnya Al Qur’an dan zikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan” (HR. Ad-Dailami)
Nabi berkata: ”Maukah aku beritahu amalanmu yang terbaik, yang paling tinggi dalam derajatmu, paling bersih di sisi Robbmu serta lebih baik dari menerima emas dan perak dan lebih baik bagimu daripada berperang dengan musuhmu yang kamu potong lehernya atau mereka memotong lehermu? Para sahabat lalu menjawab, “Ya.” Nabi Saw berkata,”Zikrullah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Seorang sahabat berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak bagiku. Beritahu aku sesuatu yang dapat aku menjadikannya pegangan.” Nabi Saw berkata, “Biasakanlah lidahmu selalu bergerak menyebut-nyebut Allah (zikrullah).” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Nabi berkata: Sebaik-baik zikir dengan suara rendah dan sebaik-baik rezeki yang secukupnya. (HR. Abu Ya’la)
Di antara ucapan tasbih Rasulullah Saw ialah : “Maha suci yang memiliki kerajaan dan kekuasaan seluruh alam semesta, Maha suci yang memiliki kemuliaan dan kemahakuasaan, Maha suci yang hidup kekal dan tidak mati.” (HR. Ad-Dailami)
“Dua kalimat ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan dan disukai oleh Allah yaitu kalimat: “Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Adzhim” (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung). (HR. Bukhari)
Nabi berkata: ”Ada empat perkara, barangsiapa memilikinya Allah akan membangun untuknya rumah di surga, dan dia dalam naungan cahaya Allah yang Maha Agung. Apabila pegangan teguhnya “Laailaha illallah”. Jika memperoleh kebaikan dia mengucapkan “Alhamdulillah”, jika berbuat salah (dosa) dia mengucapkan “Astaghfirullah” dan jika ditimpa musibah dia berkata “Inna lillahi wainna ilaihi roji’uun.” (HR. Ad-Dailami)
Nabi berkata: Wahai Aba Musa, maukah aku tunjukkan ucapan dari perbendaharaan surga? Aku menjawab, “Ya.” Nabi berkata, “La haula wala Quwwata illa billah.” (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (HR. Ibnu Hibban dan Ahmad)
Di antara zikir yang utama adalah Laa ilaaha illallahu (Tidak ada Tuhan selain Allah)
“Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ‘Zikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallahu” [HR Turmudzi]
‘Rasulullah bersabda : ‘Sesungguhnya aku berkata bahwa kalimat : ‘Subhanallah, wal hamdulillah, wa Laa Ilaaha Illallah, wallahu akbar’ (Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar) itu lebih kusukai daripada apa yang dibawa oleh matahari terbit.’ (HR Bukhari dan Muslim)

by. Mr. Bento

Minggu, 13 Mei 2012

SWEET MEMORIES 2011



HUKUM MERAYAKAN ULANG TAHUN

Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Perayaan ulang tahun atas kelahiran seseorang atau suatu organisasi tertentu tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu bila dilakukan, tidak bernilai ibadah.
Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan ulang tahun yang diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan ulang tahun antara lain:
1. Ulang tahun bila sampai menjadi keharusan untuk dirayakan dianggap sebuah bid’ah. Sebab Rasulullah SAW belum pernah memerintahkannya, bahkan meski sekedar mengisyaratkannya pun tidak pernah. Sehingga bila seorang muslim sampai merasa bahwa perayaan hari ulang tahun itu sebagai sebuah kewajiban, masuklah dia dalam kategori pembuat bid’ah.
2. Ulang tahun adalah produk Barat/ non muslim
Selain itu, kita tahu persis bahwa perayaan uang tahun itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama Islam. Sedangkan sebagai muslim, sebenarnya kita punya kedudukan yang jauh lebih tinggi. Bukan pada tempatnya sebagai bangsa muslim, malah mengekor Barat dalam masalah tata kehidupan.
Seolah pola hidup dan kebiasaan orang Barat itu mau tidak mau harus dikerjakan oleh kita yang muslim ini. Kalau sampai demikian, sebenarnya jiwa kita ini sudah terjajah tanpa kita sadari. Buktinya, life style mereka sampai mendarah daging di otak kita, sampai-sampai banyak di antara kita mereka kurang sreg kalau pada hari ulang tahun anaknya tidak merayakannya. Meski hanya sekedar dengan ucapan selamat ulang tahun.
3. Apakah Manfaat Merayakan Ulang Tahun?
Selain itu perlu juga kita renungkan sebagai muslim, apakah tujuan dan manfaat sebenarnya bisa kitadapat dari perayaan ini? Adakah nilai-nilai positif di dalamnya? Ataukah sekedar meneruskan sebuah tradisi yang tidak ada landasannya? Apakah ada di antara tujuan yang ingin dicapai itu sesuatu yang penting dalam hidup ini? Atau sekedar penghamburan uang?
Pertanyaan berikutnya,adakah sesuatu yang menambah iman, ilmu atau amal? Atau menambah manfaat baik pribadi, sosial atau lainnya? Pertanyaan berikutnya dan ini akan menjadi sangat penting, adakah dalam pelaksanaan acara seperti itu maksiat dan dosa yang dilanggar?
Yang terkahir namun tetap penting, bila ternyata semua jawaban di atas positif, dan acara seperti itu menjadi tradisi, apakah tidak akan menimbulkan salah paham pada generasi berikut seolah-olah acara seperti ini ‘harus’ dilakukan? Hal ini seperti yang terjadi pada upacara peringat hari besar Islam baik itu kelahiran, isra` mi`raj dan sebagainya.
Jangan sampai dikemudian hari, lahir generasi yang menganggap perayaan ulang tahun adalah ‘sesuatu’ yang harus terlaksana. Bila memang demikian, bukankah kita telah kehilangan makna?
Kalau menimbang-nimbang pernyataan di atas, ada baiknya kita yang sudah terlanjur merayakan ulang tahun buat anak atau bahkan untuk diri kita sendiri melakukan evaluasi besar.
Sebaliknya, mungkin ada baiknya pemikiran yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Al-Qradawi tentang ulang tahun untuk anak. Misalnya, pada saat anak itu berusia 7 tahun, tidak ada salahnya kita ajak dia untuk menyampaikan pesan-pesan dalam acara khusus tentang keadaannya yang kini menginjak usia 7 tahun. Di mana Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat di usia itu.
Bolehlah dibuat acara khusus untuk penyampaian pesan ini, agar terasa ada kesan tertentu di dalam diri si anak. Bahwa sejak hari itu, dirinya telah mendapatkan sebuah tugas resmi, yaitu diperintahkan untuk shalat.
Nanti di usia 10 tahun, hal yang sama boleh dilakukan lagi, yaitu sebagaimana perintah Rasulullah SAW untuk menambah atau menguatkan lagi perintah shalat. Kali ini dengan ancaman pukulan bila masih saja malas melakukan shalat. Bolehlah diadakan suatu acara khusus di mana inti acaranya menetapkan bahwa si anak hari ini sudah berusia 10 tahun, di mana Rasulullah SAW membolehkan orang tua memukul anaknya bila tidak mau shalat.
Kira-kira usia 15 tahun lebih kurangnya, ketika anak pertama kali baligh, boleh juga diadakan acara lagi. Kali ini orang tua menegaskan bahwa anak sudah termasuk mukallaf, sehingga semua hitungan amalnya baik dan buruk sejak hari itu akan mulai dicatat. Bolehlah pada hari itu orang tua membuat acara khusus yang intinya menyampaikan pesan-pesan ini.
Jadi bukan tiap tahun bikin pesta undang teman-teman, lalu tiup lilin, potong kue, bernyanyi-nyanyi, memberi kado. Pola seperti ini sama sekali tidak diajarkan di dalam agama kita dan cenderung tidak ada manfaatnya, bahkan kalau mau jujur, justru merupakan cerminan dari sebuah mentalitas bangsa terjajah yang rela mengekor pada tradisi bangsa lain.
Bukankah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya? Lalu mengapa kita bangsa Islam ini harus mengekor pada tradisi bangsa lain yang jauh lebih rendah?
Mungkin jawabannya yang paling jujur adalah…istafti qalbak….
Mintalah fawa kepada hati nuranimu…
Wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

by. Mr. Bento

Selasa, 08 Mei 2012

PAHALA DAN DOSA

Pahala dan Dosa adalah dua kata yang mempunyai makna yang bertolak belakang sebagaimana Tuhan menciptakan alam seisinya sepasang-sepasang, ada matahari ada bulan, ada laki ada perempuan, ada siang ada malam, ada api ada pula air dan lain-lain. Begitupula perilaku manusia ada baik adapula buruk, dari kedua perbuatan yang bertolak belakang itulah muncul pahala dan dosa.

Pahala atau ganjaran adalah sesuatu yang akan didapat seseorang karena berbuat kebaikan, pahala ini berupa kebahagiaan yang akan diterima dari Tuhan kelak setelah kehidupan dunia yaitu SURGA.

Dosa adalah sesuatu yang akan didapat seseorang karena melakukan perbuatan buruk , dosa ini berupa siksa yang akan diterima dari Tuhan kelak setelah kehidupan dunia yaitu NERAKA.

Dari pengertian pahala dan dosa secara religi seperti diatas sangat sulit dipercaya oleh seseorang yang tidak mempunyai keimanan dan mengandalkan akal dan logika semata. Terkadang kita juga sempat bingung menghadapi pertanyaan lugu seorang bocah “ pahala dan dosa itu seperti apa sih ? “, kita sulit menjelaskan agar mudah dipahami karena “ pahala dan dosa adalah kenyataan yang abstrak “ yang hanya bisa kita lihat kelak setelah kita tiada.
Dalam coretan kali ini saya mencoba memaknai pahala dan dosa yang bisa dipahami secara logika dan akal manusia era modern sekarang ini.

Pahala adalah keuntungan yang kita peroleh dan bermanfa’at bagi masyarakat sekitar karena kita berbuat baik dan tidak melanggar aturan Tuhan.

Dosa adalah kerugian yang kita peroleh dan merugikan orang banyak karena perbuatan buruk dan melanggar aturan Tuhan.

Pahala = Keuntungan dan Dosa = Kerugian yang akan diperoleh seseorang baik didunia maupun kelak di-akhirat.

Sebagai contoh Keuntungan dan Kerugian atas perbuatan “ malima “ dalam pepatah jawa yang punya arti perbuatan : main [judi], maling [mencuri], madat [narkoba], mate-ni [membunuh] dan madon [melacur, selingkuh].

• Main atau berjudi
Keuntungan bila kita tidak melakukannya, hidup kita senantiasa giat bekerja dan tidak berangan-angan untuk mendapatkan harta secara mendadak.
Kerugian bila kita main judi apapun bentuknya kita akan cenderung malas bekerja, panjang angan-angan dan harta bisa habis dalam sekejap.

• Maling atau mencuri, merampok, korupsi.
Keuntungan bila tidak ada maling kehidupan rakyat dalam sebuah negara akan makmur karena negeranya bebas dari maling-maling berdasi.
Kerugian bila sebuah negeri banyak maling berdasinya maka rakyat akan menderita karena permaian para koruptor.
• Madat atau mengkonsumsi narkoba.
Keuntungan bila kita tidak melakukannya, hidup kita akan selalu sehat terutama kesehatan otak.
Kerugian bila melakukannya, merusak kesehatan otak karena terbukti narkoba membuat seseorang berhalusinasi, malas dan merusak syaraf otak.

• Mate-ni atau membunuh.
Keuntungan hidup akan tentram dan damai karena tidak ada rasa curiga disebabkan perilaku pembunuhan.
Kerugian bila pembunuhan dilakukan hidup akan was-was, dendam akan terus berlanjut hingga anak cucu.

Madon atau melacur, SELINGKUH.
Keuntungan tidak melakukan , kehidupan keluarga akan harmonis dan masa depan anak-anak akan jelas serta terbebas dari berbagai penyakit moral dan kelamin.

Kerugian bila melakukannya, hidupnya penuh tidak kepastian, rumah tangga berantakan dan terserang berbagai penyakit kelamin dari mulai yang ringan hingga yang mematikan seperti HIV AIDS.
Kalau kita pahami secara logika itulah makna dari Pahala dan dosa seperti kutipan diatas. Dengan berbuat baik niscaya kita akan banyak memperoleh keuntungan didunia sehingga hidup bahagia di surga dunia, begitu pula sebaliknya jika kita melakukan perbuatan yang buruk niscaya kita akan memperoleh kerugian didunia sehingga hidup didunia walau bergelimang harta namun serasa neraka.
Sedikit coretan dari pemahaman awam saya semoga bermanfa’at.

Message : kita diciptakan Tuhan bagai kertas putih tanpa setitik tinta, mari bercermin lihatlah seberapa besar Tinta hitam dan tinta putih yang kita torehkan dalam kertas kehidupan kita ?

by. Mr. Bento

Senin, 07 Mei 2012

SHALAT DHUHA

Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari sedang naik ( kira-kira jam 9.00 ). Shalat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah, berdasarkan hadits Nabi : ” Allah berfirman : “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya “ (HR.Hakim dan Thabrani).
 
Hadits Rasulullah SAW terkait Shalat Dhuha
  • Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R. Tirmiji dan Abu Majah)
  • “Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R Tirmidzi)
  • “Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat.” (HR Abu Daud)
  • “Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,”Nabi SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang shalat dhuha‘. Beliau bersabda,?Shalat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari).” (HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi)
  • “Rasulullah bersabda di dalam Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim & Thabrani)
  • “Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat shalatnya setelah shalat shubuh karena melakukan i’tikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun banyaknya melebihi buih di lautan.” (HR Abu Daud)
Manfaat dan Makna Shalat Dhuha
Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha juga disebut shalat awwabin. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keduanya berbeda karena shalat awwabin waktunya adalah antara maghrib dan isya.
Waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik.
Adapun diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Juga apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?” Beliau saw menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Didalam riwayat lain oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh berkata,”Nabi saw kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur.”
Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat dhuha adalah sunnah bahkan para ulama Maliki dan Syafi’i menyatakan bahwa ia adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits diatas. Dan dibolehkan bagi seseorang untuk tidak mengerjakannya.
Cara Melaksakan Shalat Dhuha :
Shalat Dhuha minimal dua rakaat dan maksimal duabelas rakaat, dilakukan secara Munfarid (tidak berjamaah), caranya sebagai berikut:
• Niat didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram
• “Aku niat shalat sunah Dhuha karena Allah”
• Membaca doa Iftitah
• Membaca surat al Fatihah
• Membaca satu surat didalam Alquran.Afdholnya rakaat pertama surat Asysyams dan rakaat kedua surat Allail
• Ruku’ dan membaca tasbih tiga kali
• I’tidal dan membaca bacaanya
• Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
• Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaannya
• Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
• Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh diatas.
Bacaan Doa Sholat Dhuha Lengkap Bahasa Arab – Bahasa Indonesia dan Artinya

اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

by. Mr. Bento

Tergesa-gesa Adalah Perbuatan Setan


Alon alon asal kelakon, kata orang Jawa dulu. Biar lambat asal selamat.
“Tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan setan,” begitu kata Nabi (HR Tirmidzi)
Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan. (HR. Asysyihaab)
Sering orang naik motor atau mobil dengan ngebut. Padahal bedanya paling cuma 15 menit lebih cepat dibanding dengan mengemudi biasa sambil hati-hati. Namun ngebut tersebut bukannya mempercepat, tapi justru bisa menimbulkan masalah. Bisa tabrakan, bisa mati, atau paling tidak lecet.
Saat saya jalan pagi, ada pengendara sepeda motor bukannya memperlambat motornya karena berada di pertigaan, tapi justru menggas dan mempercepat jalan motornya. Tidak sampai 50 meter, ternyata di balik pertigaan muncul mobil kijang. Motor itu pun menabrak mobil tersebut.
Bukannya sampai di tujuan lebih cepat, pengemudi motor tersebut dimaki-maki pengendara mobil yang ditabraknya. Pengemudi mobil mengambil kunci motornya. Bukannya lebih cepat sampai (paling cuma 15 menit lebih cepat), paling tidak pengendara motor tersebut justru kehilangan waktu beberapa jam hingga hari untuk mendapatkan kunci motornya kembali.
Ada pula pengemudi motor yang mengebut. Mobil yang mau berbelok ke kanan untuk masuk ke rumahnya, justru berusaha disusul lewat sebelah kanan sehingga memakan jalur lalu lintas di sebelahnya. Akibatnya motor pun menabrak mobil tersebut sehingga mobil tersebut penyok berat di sisi pintu sopirnya.
Seorang wanita yang membonceng di motor tersebut terjatuh ke aspal dan berteriak-teriak kesakitan tidak bisa berdiri atau berjalan. Terpaksa dimasukkan ke dalam mobil untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.
Itulah beberapa contoh akibat tergesa-gesa atau ngebut. Bukannya cepat, malah celaka dan boros waktu. Jangan tergesa-gesa. Jangan ngebut. Biasa saja dan tenang.
Dalam beribadah juga begitu. Tidak boleh tergesa-gesa atau terburu-buru. Karena itu tidak akan membuat kita jadi khusyuk. Tetaplah tenang meski sudah iqomah.
Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Apabila kamu mendengar iqamah, maka pergilah shalat (berjamaah). Hendaklah kamu bersikap tenang dan tenteram, jangan tergesa-gesa. Apa yang kamu dapati, shalatlah kamu bersama mereka; dan apa yang terlewatkan (ketinggalan), maka sempurnakanlah.” [HR Bukhari]
Shalat hendaknya dilakukan dengan tenang agar khusyuk. Ada tuma’ninah atau berhenti sebentar di tiap gerakan. Tidak tergesa-gesa.
Abu Qatadah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Apabila shalat didirikan, maka janganlah kamu berdiri sehingga kamu melihatku (dan hendaklah kamu bersikap tenang).’” [HR Bukhari]
Bahkan saat makan pun tidak boleh terburu-buru:
Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila telah dihidangkan makan malam, maka mulailah sebelum kamu shalat magrib. Janganlah kamu tergesa-gesa terhadap makan malammu.” [HR Bukhari]
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Apabila makan malam telah dihidangkan dan iqamah untuk shalat telah diucapkan, maka dahulukanlah makan malam dan jangan terburu-buru hingga kamu selesai makan.” (Dan dalam satu riwayat: hingga ia menyelesaikan keperluannya). [HR Bukhari]
Jika terburu-buru, selain bisa keselek juga makanan tidak tercerna dengan baik dan bisa menimbulkan berbagai macam penyakit bagi tubuh kita.
Dalam membaca Al Qur’an juga tidak boleh tergesa-gesa.
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” [Thaahaa 114]
Manusia bersifat tergesa-gesa:
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.” [Al Anbiyaa' 37]
Jika terburu-buru, sering kita zhalim kepada orang lain misalnya menyerobot antrian bahkan menabrak orang lain hingga tewas. Lampu Kuning yang harusnya merupakan tanda/isyarat bahaya agar berhenti, justru diterobos. Laju kendaraan justru dipercepat. Itu semua tak lepas dari pengaruh setan dalam diri kita.
Semoga kita semua bisa terhindar dari sifat tergesa-gesa dan bisa jadi orang yang tenang dan sabar. Karena Allah bersama orang-orang yang sabar.

by. Mr. Bento

KUAKUI BAHWA AKU MENCINTAINYA.....


Ya, aku memang mencintainya. Aku mencintainya mengalahkan cinta seseorang kepada kekasihnya. Bahkan manakah cinta orang-orang yang jatuh cinta dibanding cintaku ini?!
Ya, aku mencintainya. Bahkan demi Allah, aku merindukannya. Aku merasakan sentuhannya yang lembut, menyentuh relung hatiku. Aku tidak mendengarnya melainkan rinduku seakan terbang ke langit, lalu hatiku menari-nari dan jiwaku menjadi tentram.
Aku mecintaimu duhai perkataan yang baik
Aku mencintaimu duhai perkataan yang lembut
Aku mencintaimu duhai perkataan yang santun.
Alangkah indahnya ketika seorang anak mencium tangan ibunya seraya berkata, “Semoga Allah menjagamu ibu”.
Alangkah eloknya ketika seorang ayah senantiasa mendo’akan anaknya, “Ya Allah ridhoilah mereka, dan bahagiakan mereka di dunia dan akhirat”.
Alangkah bagusnya ketika seorang istri menyambut kedatangan suaminya dengan senyuman seraya berkata, “Semoga Allah tidak menjauhkan kami darimu, rumah ini serasa gelap tanpa dirimu”.
Alangkah baiknya ketika istri melepaskan kepergian suami bekerja di pagi hari, ia berkata, “Jangan beri kami makan dari yang haram, kami tidak sanggup memakannya”.
Kalimat dan ungkapan yang indah, bukankah begitu? Bukankah kita berharap kalimat dan ungkapan seperti ini dikatakan kepada kita? Bukankah setiap kita berangan-angan mengatakan kalimat-kalimat seperti ini kepada orang-orang yang dicintainya? Akan tetapi kenapa kita tidak atau jarang mendengarnya?
Penyebabnyanya adalah kebiasaan. Barangsiapa yang membiasakan lisannya mengucapkan kata-kata yang lembut berat baginya untuk meninggalkannya, begitu pula sebaliknya.
Orang yang terbiasa memanggil istrinya dengan kata “kekasihku” sulit baginya memanggil istrinya seperti sebagian orang memanggil istrinya, ‘Hei ..hai ..”. atau “Kau ..” dan lain sebagainya.
Barangsiapa yang terbiasa memulai ucapannya kepada anaknya, “Ananda, Anakku, Putriku” tidak seperti sebagian lain yang mengatakan, “Bongak .. jahat ..setan!” maka ia berat mengucapkan selain itu.
Kenapa kita tidak bisa mengucapkan satu ungkapan cinta saja kepada anak-anak kita, ibu kita, dan keluarga kita? Jika adapun kalimat tersebut keluar dengan malu-malu.
Kenapa lisanmu terkunci di dekat istrimu atau dihadapan ayah dan ibumu, sedangkan dihadapan temanmu, kata-katamu begitu mesra?!
Biasakanlah – misalnya- mengucapkan kepada ibumu, “Ibu, do’akan kami. Apakah ibu ingin titip sesuatu agar ananda beli sebelum ananda berangkat?”
Biasakanlah mengucapkan kepada anakmu kata-kata (sayangku, anakku) dan apabila ia mengambilkan sesuatu untukmu seperti segelas air katakana kepadanya Jazakallah atau ungkapan terima kasih.
Jika putra atau putrimu meminta sesuatu darimu dan engkau sanggup memberikannya serta itu baik untuknya katakanlah kepada mereka dengan tulus, “Dengan sepenuh hati, ayah akan bawakan untukmu”.
Cobalah kata-kata dan kalimat yang lembut dan senyuman yang manis, lalu lihatlah hasilnya!
Lihatlah bagaimana Nabi kita shollallahu ‘alaihi wa sallama berbicara kepada anak istrinya.
Perhatikanlah kelembutan hatinya, serta keindahan tutur katanya.
Beliaulah sebaik-baik suri teladan.